Tafsir Hadits Kependidikan oleh Dr. Nailul Khoiri, M.Pd: Humanisasi, Liberasi, dan Transendensi

 

Dr. Nailul Khoiri, M.Pd., memberikan pandangan yang mendalam tentang konsep pendidikan dalam perspektif Islam melalui tafsir hadits dengan mengaitkan tiga prinsip utama: Humanisasi, Liberasi, dan Transendensi. Ketiga prinsip ini menjadi pondasi dalam membangun pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Islam, terutama dalam konteks pembelajaran yang tidak hanya fokus pada pengetahuan, tetapi juga pada pengembangan manusia seutuhnya.

1. Humanisasi

Humanisasi dalam pendidikan Islam berangkat dari prinsip memanusiakan manusia. Pendidikan tidak hanya mengajarkan aspek kognitif, tetapi juga membentuk karakter dan budi pekerti yang luhur. Sebagaimana hadits di atas mengingatkan bahwa ilmu dan pengetahuan tentang syariat Allah tidak seharusnya menjadi media yang memicu perpecahan. Dalam tafsir dari Al-Jazairi, dinyatakan:

فَلَا يَنْبَغِي أَنْ يَكُوْنَ الْعِلْمُ وَالْمَعْرِفَةُ بِشَرَائِعِ اللهِ سَبَبًا فِيْ الفُرْقَةِ وَالْخِلَافِ

Artinya, “Maka tidak sepatutnya, ilmu dan pengetahuan perihal syariat-syariat Allah, dijadikan sebagai media propaganda dan perpecahan” (Al-Jazairi, Aisarut Tafasir li Kalamil Kabir, juz 1, halaman 357).

Pendidikan yang humanis harus membangun harmoni dan mendorong pemahaman yang lebih dalam tentang keutuhan manusia sebagai makhluk sosial yang harus menghargai perbedaan, bukan sebagai sarana untuk menyebar kebencian atau konflik. Humanisasi di sini menekankan pentingnya mengajarkan kasih sayang dan keadilan dalam interaksi antar manusia.

2. Liberasi

Liberasi dalam konteks pendidikan Islam berhubungan dengan upaya pembebasan dari kebodohan, penindasan, dan keterbelakangan. Pendidikan harus menjadi sarana untuk memerdekakan manusia, baik secara fisik, intelektual, maupun spiritual. Dalam tafsir Syekh Sulaiman al-Jamal, kata rahmat pada istilah rahmatan lil 'alamin di surat Al-Anbiya ayat 107 dijelaskan sebagai sifat kasih sayang yang mendalam dari Nabi Muhammad SAW, bahkan terhadap mereka yang memusuhi beliau:

اَلْمُرَادُ بِالرَّحْمَةِ الرَحِيْمُ. وَهُوَ كاَنَ رَحِيْمًا بِالْكَافِرِيْنَ. أَلَا تَرَى أَنَّهُمْ لَمَّا شَجُّوْهُ وَكَسَرُوْا رَبَاعِيَتَهُ حَتَّى خَرَّ مُغْشِيًّا عَلَيْهِ. قَالَ بَعْدَ اِفَاقَتِهِ اللهم اهْدِ قَوْمِى فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

Artinya, "Yang dimaksud dengan rahmat adalah sifat kasih sayang, di mana Nabi Muhammad SAW sangat penyayang bahkan kepada orang-orang kafir. Ketika mereka melukainya, beliau tetap mendoakan mereka dengan penuh kasih: ‘Ya Allah, berilah hidayah kepada kaumku, karena mereka tidak mengetahui.’”

Liberasi dalam pendidikan berarti membangun manusia yang kritis, berani mengambil sikap yang benar, dan mampu membebaskan diri dari penindasan sosial maupun struktural. Pendidikan yang mencerahkan akan membentuk individu yang mampu melawan ketidakadilan dengan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kebenaran.

3. Transendensi

Transendensi adalah elemen pendidikan yang menghubungkan manusia dengan nilai-nilai ilahi. Pendidikan bukan hanya untuk kehidupan duniawi semata, tetapi juga bertujuan membawa manusia kepada pengenalan terhadap Sang Pencipta. QS. As-Saba: 28 menegaskan:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا كَاۤفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًا وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ

Artinya, “Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad) melainkan untuk seluruh umat manusia, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Pendidikan transendental tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis, tetapi juga pada pembentukan kesadaran spiritual yang mendalam. Tujuan akhirnya adalah mendekatkan manusia kepada Tuhan dengan segala aktivitas duniawi yang dilakukan. Dalam konteks pendidikan, ini berarti menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah.


Tafsir hadits kependidikan yang disampaikan oleh Dr. Nailul Khoiri, M.Pd menegaskan pentingnya prinsip humanisasi, liberasi, dan transendensi dalam pendidikan Islam. Ketiga prinsip ini harus dijalankan secara seimbang untuk membangun generasi yang cerdas, berakhlak mulia, serta memiliki kesadaran spiritual yang tinggi. Pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai sarana pembelajaran akademik, tetapi juga sebagai wahana untuk memanusiakan manusia, membebaskan dari kebodohan dan ketertindasan, serta menghubungkan manusia dengan Tuhannya.

0 Komentar