Paradigma Kurikulum Pendidikan Islam: Menata Ulang Pendidikan Berbasis Nilai-Nilai Islam

 


Pada Jumat, 27 September 2024, Dr. Winarto, M.Pd.I, dalam sebuah diskusi di Universitas Islam Balitar, menjelaskan tentang paradigma kurikulum pendidikan Islam. Kurikulum, sebagaimana dijelaskan secara etimologis, berasal dari bahasa Latin curriculum yang berarti "jalur perlombaan" atau "tempat berlari dari mulai start hingga finish". Istilah ini pertama kali digunakan dalam dunia olahraga pada zaman Yunani kuno, yang mengacu pada jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pemikiran ini mencerminkan perjalanan yang harus dilalui dalam pendidikan, termasuk pendidikan Islam.

Definisi Kurikulum dan Pendidikan Islam Secara Etimologi

Kurikulum dalam dunia pendidikan adalah perjalanan yang diatur dan dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Pendidikan Islam, secara etimologis, terwakili oleh istilah ta’lim dan tarbiyah yang berasal dari kata dasar ‘allama, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an. Meskipun istilah tarbiyah lebih luas karena mencakup makna memelihara, mendidik, dan mengajar, keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu memberikan pendidikan yang membentuk perilaku individu berdasarkan nilai-nilai Islam.

Secara terminologi, pendidikan Islam adalah usaha untuk mengubah perilaku individu dalam kehidupan pribadi dan masyarakatnya, dengan dasar nilai-nilai Islam. Dalam pendidikan Islam, kurikulum adalah usaha sistematis yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan dengan cara perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilandasi oleh ajaran Islam.

Landasan Kurikulum Pendidikan Islam

Landasan kurikulum pendidikan Islam tidak hanya bersifat normatif, tetapi juga filosofis, psikologis, sosial, dan ilmiah. Menurut Taumy al-Syaibany, landasan utama dari kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

  1. Agama (Normatif): Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber utama nilai dan hukum dalam pendidikan Islam.
  2. Filosofis: Prinsip-prinsip dasar yang membentuk cara pandang pendidikan berdasarkan ajaran Islam.
  3. Psikologis: Memahami perkembangan psikologis peserta didik untuk memastikan pendidikan sesuai dengan tahap pertumbuhan mereka.
  4. Sosial: Mengajarkan keterlibatan sosial dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas.
  5. Ilmu Pengetahuan dan Sains: Mengintegrasikan ilmu pengetahuan modern dengan nilai-nilai Islam agar peserta didik mampu menghadapi tantangan zaman.

Agus Zaenal Fitri menyatakan bahwa prinsip utama dalam pendidikan Islam adalah menjadikan Al-Qur'an dan Hadis sebagai landasan normatif, tetapi lebih dari itu, pendidikan Islam harus mengintegrasikan pendekatan ilmiah dan sosial untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Paradigma Kurikulum Pendidikan Islam

Paradigma, menurut Thomas Khun, adalah cara pandang atau perspektif ilmiah yang berkembang pada periode tertentu. Dalam konteks pendidikan Islam, paradigma kurikulum pendidikan Islam harus terfokus pada bagaimana pendidikan Islam memandang realitas dunia. Hal ini mengacu pada transformasi cara pandang dan pendekatan pendidikan Islam agar relevan dengan perkembangan zaman dan tantangan global.

Pendidikan Islam tidak hanya berfungsi sebagai transfer pengetahuan agama, tetapi juga berperan penting dalam mengembangkan keterampilan spiritual, intelektual, amal, dan akhlak. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan Islam harus dirancang untuk mencetak individu yang memiliki keseimbangan antara nilai-nilai agama dan kemampuan untuk berkontribusi dalam kehidupan sosial dan dunia modern.

Tujuan Kurikulum Pendidikan Islam

Menurut Dr. Winarto, M.Pd.I, kurikulum pendidikan Islam memiliki beberapa tujuan utama, di antaranya:

  1. Peningkatan Kinerja Pendidikan Islam: Meningkatkan mutu pendidikan melalui pembaruan metode dan pendekatan yang lebih relevan dengan perkembangan zaman.

  2. Peningkatan Output yang Berkualitas: Mencetak lulusan yang tidak hanya memahami agama secara mendalam, tetapi juga memiliki kompetensi akademik dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan global.

  3. Rekayasa Ulang Kurikulum (Re-engineering): Kurikulum pendidikan Islam tidak hanya memperbaiki sistem yang ada, tetapi juga merombak dan mengembangkan kurikulum menjadi bentuk yang lebih efektif dan efisien. Hal ini memungkinkan pendidikan Islam untuk lebih adaptif dalam menghadapi tantangan abad ke-21.

  4. Penguatan Fondasi Kurikulum Pendidikan Islam: Memperkuat dasar-dasar kurikulum yang berbasis pada nilai-nilai Islam yang solid, sekaligus mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Penguatan ini bertujuan untuk membangun sistem pendidikan yang mampu bersaing secara global tanpa meninggalkan prinsip-prinsip Islam.

Relevansi dan Tantangan Kurikulum Pendidikan Islam

Paradigma kurikulum pendidikan Islam yang digagas oleh Dr. Winarto menekankan pentingnya adaptasi terhadap perkembangan zaman. Dengan tantangan global yang terus berkembang, pendidikan Islam harus mampu menghasilkan peserta didik yang tidak hanya unggul secara spiritual, tetapi juga memiliki kompetensi intelektual yang kuat.

Dalam hal ini, pendidikan Islam harus mengedepankan pendekatan yang holistik, mengintegrasikan pengetahuan agama dan sains, serta mempersiapkan peserta didik untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Pendidikan Islam juga harus merespons kebutuhan zaman modern dengan mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang kritis, produktif, dan berakhlak mulia.

Kesimpulan

Paradigma kurikulum pendidikan Islam, sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Winarto, M.Pd.I, merupakan kerangka besar yang menggabungkan nilai-nilai spiritual Islam dengan pendekatan ilmiah modern. Tujuan utamanya adalah mencetak individu yang tidak hanya kuat dalam aspek keagamaan, tetapi juga mampu berkontribusi secara intelektual dan sosial di dunia global.

Dengan landasan agama, filosofi, psikologi, sosial, dan ilmu pengetahuan, kurikulum pendidikan Islam diharapkan mampu menghadapi tantangan global dan tetap relevan dalam perkembangan zaman. Transformasi kurikulum pendidikan Islam melalui pendekatan re-engineering bertujuan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih efisien, efektif, dan adaptif terhadap perubahan, sambil tetap menjaga nilai-nilai Islam sebagai pondasi utama.

0 Komentar