Biografi Sunan Giri, Wali Songo dari Blambangan

Pada tanggal 25 Desember 2024, penulis bersama keluarga berkesempatan berziarah ke makam Sunan Giri, salah satu tokoh penting dalam Wali Songo yang dikenal sebagai penyebar ajaran Islam di Jawa Timur. Ziarah ini memberikan pengalaman spiritual mendalam sekaligus mengenang jasa besar Sunan Giri dalam menyebarkan Islam di Nusantara.

Dilansir dari kompas.com, Sunan Giri lahir pada tahun 1443 di Blambangan (sekarang Banyuwangi), Jawa Timur. Ia adalah putra dari Maulana Ishaq, seorang mubalig dari Asia Tengah, dan Dewi Sekardadu, putri Menak Sembuyu, penguasa Blambangan. Nama asli Sunan Giri adalah Muhammad Ainul Yaqin, tetapi ia juga dikenal dengan nama-nama lain seperti Raden Paku, Joko Samudro, Abdul Faqih, dan Prabu Satmata.

Sunan Giri memiliki perjalanan hidup yang penuh keajaiban. Ketika bayi, ia dibuang ke laut karena dianggap membawa kutukan. Namun, takdir Allah menyelamatkannya. Peti yang membawanya terdampar dan ditemukan oleh awak kapal yang menyerahkannya kepada Nyai Gede Pinatih, seorang saudagar perempuan di Gresik. Ia kemudian diangkat anak oleh Nyai Gede Pinatih dan diberi nama Joko Samudro.

Setelah dewasa, ia menimba ilmu agama di bawah bimbingan Sunan Ampel di Surabaya. Kemudian, ia melanjutkan belajar ke Pasai, di mana ia bertemu ayah kandungnya, Maulana Ishaq, dan mengetahui kisah asal-usulnya. Sunan Giri juga sempat menimba ilmu di Mekkah sebelum kembali ke Jawa untuk berdakwah.

Dakwah Melalui Pendidikan dan Seni

Nama Sunan Giri berasal dari pesantren yang ia dirikan di sebuah bukit di Gresik, kini dikenal sebagai Situs Giri Kedaton, di Desa Sidomukti, Kecamatan Kebomas. Pesantren ini menjadi pusat pendidikan Islam dan melahirkan banyak ulama besar. Melalui pendidikan, Sunan Giri menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang terstruktur dan mendalam.

Selain melalui pendidikan, Sunan Giri juga menggunakan seni sebagai media dakwah. Ia menciptakan lagu-lagu seperti Cublak-Cublak Suweng, Gula Ganti, dan Padhang Bulan, yang mengandung nilai-nilai Islam. Untuk anak-anak, ia memperkenalkan permainan tradisional seperti Jelungan, Jamuran, dan Gendi Gerit. Pendekatan ini membuat ajaran Islam mudah diterima oleh masyarakat lokal.

Sunan Giri juga dikenal memadukan tradisi lokal dengan ajaran Islam, seperti selametan dan upacara lainnya, sehingga dakwahnya diterima dengan baik oleh masyarakat Jawa.

Ahli Politik dan Tata Negara

Sunan Giri tak hanya dikenal sebagai ulama, tetapi juga sebagai pemimpin politik. Sepeninggal Sunan Ampel, ia diangkat sebagai pemimpin Wali Songo. Dalam masa keruntuhan Kerajaan Majapahit, Sunan Giri mendirikan Kerajaan Giri Kedaton. Kedatuan ini menjadi pusat kekuasaan Islam yang bertahan melawan ancaman eksternal dan memainkan peran penting dalam penyebaran Islam.

Sunan Giri juga menjadi penasihat Raden Patah, Sultan pertama Kesultanan Demak, yang menjadikannya tokoh penting dalam perkembangan politik dan agama di Jawa.

Sunan Giri wafat pada tahun 1506 dan dimakamkan di Bukit Giri, Gresik. Hingga kini, makamnya menjadi situs ziarah yang ramai dikunjungi, mengingat jasa-jasanya dalam penyebaran Islam di Nusantara.

Ziarah ke makam Sunan Giri pada 25 Desember 2024 ini mengingatkan penulis akan perjuangan besar Wali Songo dalam membawa Islam ke Jawa, khususnya melalui pendekatan pendidikan, seni, dan politik. Sunan Giri adalah teladan dalam memadukan keilmuan dan kearifan lokal untuk menciptakan harmoni dalam kehidupan masyarakat.






0 Komentar