Syekh Kholil Bangkalan: Ulama Masjhur Madura yang Melahirkan Generasi Ulama


 Syekh Kholil Bangkalan adalah salah satu ulama besar Nusantara yang namanya harum hingga kini. Keilmuan dan perjuangannya dalam menyebarkan ilmu Islam menjadikan beliau sebagai tokoh yang sangat dihormati, terutama di Madura. Perjalanan hidupnya penuh dengan keteladanan, yang terus menjadi inspirasi bagi umat Islam.

Syekh Kholil lahir pada 9 Shafar 1252 H atau sekitar 25 Mei 1835 M di Kemayoran, Bangkalan, Madura. Beliau adalah putra dari pasangan Kiai Haji Abdul Latif dan Syarifah Khodijah. Ayahnya, Kiai Abdul Latif, adalah keturunan Kiai Muharram bin Kiai Asror Karomah, yang bersambung hingga Sayyid Sulaiman, cucu dari Sunan Gunung Jati. Sementara itu, ibunya, Syarifah Khodijah, berasal dari garis keturunan yang sama melalui Kiai Abdullah bin Ali Akbar.

Sejak kecil, Syekh Kholil dibesarkan dalam lingkungan pesantren dan mendapat pendidikan langsung dari ayahnya. Beliau mempelajari berbagai ilmu agama, di antaranya Fikih dan Nahwu, yang menjadi dasar keilmuan Islam. Ilmu Nahwu, yang dipadukan dengan ilmu Shorof, membentuk fondasi kemampuan bahasa Arab Syekh Kholil, sehingga ia mampu memahami dan mengajarkan kitab-kitab klasik dengan baik.

Setelah mendapatkan pendidikan awal dari ayahnya, Syekh Kholil melanjutkan pengembaraan ilmunya ke berbagai pesantren di Jawa Timur, antara lain:

  1. Pesantren Langitan, Tuban
  2. Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan
  3. Pesantren Keboncandi, Pasuruan
  4. Pesantren Sidogiri, Pasuruan

Pada usia 24 tahun, Syekh Kholil menikah dengan Nyai Asyik, putri Lodra Putih. Namun, pernikahan tidak menghentikan semangatnya untuk terus menimba ilmu. Beliau melanjutkan pengembaraan ke Tanah Suci Makkah.

Perjalanan ke Makkah ditempuh dengan kapal laut. Selama perjalanan, Syekh Kholil menjalankan puasa sebagai bentuk ketakwaan. Di Makkah, beliau berguru kepada sejumlah ulama besar, di antaranya:

  • Syekh Nawawi al-Bantani
  • Syekh Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi
  • Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan
  • Syekh Mustafa bin Muhammad Al-Afifi Al-Makki
  • Syekh Abdul Hamid bin Mahmud Asy-Syarwani

Bimbingan dari para ulama besar ini memperkaya keilmuan Syekh Kholil, menjadikannya seorang ulama yang memiliki pemahaman mendalam tentang berbagai disiplin ilmu Islam.

Setelah bertahun-tahun menuntut ilmu di Makkah, Syekh Kholil kembali ke kampung halamannya di Bangkalan, Madura. Beliau mendirikan sebuah pesantren di Jengkebuwen, yang kemudian menjadi pusat pendidikan Islam di Madura. Pesantren ini melahirkan banyak ulama besar yang menjadi penerus dakwah Islam di Nusantara.

Syekh Kholil wafat pada 29 Ramadhan 1343 H atau 24 April 1925 M dan dimakamkan di Desa Martajasah, Bangkalan, Madura. Makam beliau menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi hingga kini, sebagai bentuk penghormatan kepada jasa-jasanya dalam menyebarkan ilmu dan memperjuangkan Islam.

Pada 25 Desember 2024, penulis bersama keluarga berkesempatan untuk berziarah ke makam Syekh Kholil di Martajasah. Suasana penuh khidmat dan doa mengiringi ziarah ini, memberikan pengalaman spiritual yang mendalam. Makam Syekh Kholil bukan hanya tempat mengenang seorang ulama besar, tetapi juga sumber inspirasi bagi umat Islam untuk terus belajar dan berdakwah.

Syekh Kholil Bangkalan adalah sosok ulama besar yang berperan penting dalam pendidikan Islam di Nusantara. Keteladanan dan keilmuan beliau terus hidup dalam sanubari umat Islam melalui para muridnya, pesantren yang didirikannya, dan warisan keilmuannya. Perjalanan hidupnya mengajarkan kita pentingnya ketekunan, pengabdian, dan cinta kepada ilmu sebagai jalan menuju ridha Allah.

Sumber : Kompas



0 Komentar